Membangun karakter anak sesungguhnya menyerupai investasi jangka panjang, dimana usaha yang kita tabur sekarang pada anak, baru akan terlihat benar hasilnya ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, orangtua perlu senantiasa mengevaluasi pilihan tindakan ataupun perkataannya, apakah pilihan tersebut hanya berorientasi pada membuat keadaaan sekarang menjadi lebih mudah (jangka pendek), ataukah pada membuat keadaaan di masa depan menjadi lebih baik (jangka panjang).
Terkait membangun karakter anak, Sebagian besar orangtua seringkali menasihati anaknya untuk mempraktekkan karakter-karakter tertentu seperti mau berbagi ataupun berkomunikasi dengan cara yang positif, serta memarahi anak bila ia gagal mempraktekkan karakter tersebut. Namun sayangnya, orangtua sendiri tidak jarang alpa untuk mempraktekkan karakter-karakter tersebut dalam kehidupan pribadinya. Memberikan nasihat memang lebih mudah daripada melakukan dan memarahi mungkin efektif dalam jangka pendek. Akan tetapi, cara yang paling efektif untuk membangun karakter anak adalah dengan memberikan contoh, bukan sekedar menasihati ataupun memarahi, karena anak sangat dipengaruhi bukan hanya oleh perkataan orangtuanya, tapi terlebih lagi oleh tindakan orangtua.
Idealnya, untuk membangun karakter anak, orangtua perlu terlebih dahulu membangun karakter tersebut dalam dirinya. Dan cara yang paling efektif untuk membangun karakter diri adalah dengan mempraktekkan sebanyak mungkin secara sadar apa yang ingin dibangun tersebut, termasuk di saat-saat dimana anak sedang tidak berada di sekitar orangtua. Dengan demikian, lama-kelamaan hal tersebut akan berakar dalam diri menjadi kebiasaan, dan kemudian berbuah menjadi karakter. Bila karakter tersebut sudah dimiliki oleh orangtua, biasanya akan lebih mudah bagi anak untuk menirukan dan memiliki karakter itu juga, sebagaimana peribahasa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.
Pada saat anak menunjukkan karakter yang tidak diinginkan, ada baiknya orangtua mengevaluasi apakah ada kemiripan antara karakter tersebut dengan karakter yang dimiliki oleh orangtua. Bila ya, maka orangtua perlu memikirkan cara untuk mengubah karakter yang dimilikinya tersebut agar dapat menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dipraktekkan orangtua agar dapat menjadi contoh / model bagi anak dalam rangka membangun karakter anak :
1. Memodelkan tanggung jawab : tetap bangun pagi untuk membantu anak bersiap ke sekolah, walaupun sebelumnya tidur sangat larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan
2. Memodelkan menghargai waktu orang lain : selalu berusaha hadir tepat waktu untuk berbagai hal
3. Memodelkan kejujuran : mengembalikan bila menerima uang kembalian yang berlebih
4. Memodelkan empati : menolong anak tetangga yang terjatuh dari sepeda
5. Memodelkan demokrasi : mendiskusikan dan menyepakati dengan anak konsekuensi yang akan diterapkan terhadap suatu perilaku negatif
Bagi para orangtua yang dibesarkan dalam konteks keluarga yang sudah memiliki karakter-karakter positif, kemungkinan akan lebih mudah untuk mencontohkan karakter-karakter tersebut kepada anaknya. Akan tetapi, ada beberapa orangtua yang dibesarkan dalam konteks keluarga yang minim karakter positif. Bagi mereka, tidalah mudah untuk mencontohkan karakter positif kepada anaknya karena ia membangun terlebih dahulu karakter tersebut dalam dirinya. Orangtua yang demikian perlu banyak bersabar terhadap dirinya sendiri. Ia perlu menyadari bahwa mengubah karakter memerlukan waktu dan proses yang panjang. Walaupun mungkin orangtua merasa sangat antusias ketika memutuskan akan mengubah karakternya demi anak, orangtua juga perlu realistis dalam menentukan ekspektasi terhadap perubahan dirinya, agar nantinya tidak kecewa dan putus di tengah jalan.
Sejauh ini, cara yang paling efektif untuk mengubah karakter adalah mengantisipasi, yaitu dengan membuat skenario-skenario situasi dan membayangkan apa yang sebaiknya dilakukan dalam masing-masing situasi tersebut. Hal itu akan membuat orangtua lebih siap ketika situasi tersebut sungguh terjadi. Namun, bila terjadi situasi dimana orangtua tidak siap ataupun bingung bagaimana meresponinya, akan lebih baik bila orangtua berdiam diri sejenak sebelum meresponi situasi tersebut, agar otak memiliki cukup waktu untuk memproses situasi yang ada. Bila orangtua merasa saat itu ia terlalu emosional, ada baiknya orangtua menyendiri dulu untuk meredakan emosinya. Sebagai orangtua, sama sekali tidaklah salah bila meminta waktu beberapa menit, atau bahkan beberapa jam, sebelum meresponi apa yang dikatakan ataupun dilakukan anak. Bila emosi dirasakan sudah reda, orangtua dapat memikirkan dengan lebih baik respon seperti apa yang akan diberikan kepada anak, termasuk menyusun kata-katanya dengan seksama agar tepat sasaran. Yang penting untuk diingat oleh orangtua adalah untuk tidak lupa meresponi anak bila emosi sudah reda, agar isu apapun yang muncul dapat tertangani dan tidak menumpuk sehingga sulit dibereskan.
Bila orangtua baru menyadari setelah meresponi anak, bahwa responnya tersebut kurang tepat ataupun tidak sesuai dengan karakter yang ingin dicontohkannya kepada anak, orangtua tidak perlu terlalu menyesali diri. Fakta bahwa kesadaran tersebut sekarang sudah ada saja, sudah merupakan indikasi kemajuan. Dan hal itu umumnya akan membuat orangtua lebih berhati-hati di kemudian hari agar tidak meresponi dengan cara yang serupa. Orangtua juga dapat menyampaikan kepada anak bahwa seandainya orangtua dapat mengulang waktu, ia akan meresponinya dengan perkataan ataupun tindakan yang berbeda. Dengan demikian, pengalaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh orangtua untuk mencontohkan kepada anak cara menangani suatu kesalahan. Sesungguhnya, setiap situasi ataupun pengalaman negatif dapat menjadi kesempatan untuk mencontohkan karakter positif.
Sebagai orangtua, marilah kita senantiasa mengevaluasi diri apakah tindakan dan perkataan kita sudah sejalan dengan karakter yang kita ingin bangun dalam diri anak. Dan marilah kita terus mengingat bahwa membangun karakter anak merupakan sesuatu yang bersifat jangka panjang.
Comentarios