Memiliki anak sesungguhnya adalah suatu anugrah. Namun seringkali fakta tersebut terlupakan oleh banyak orangtua akibat tekanan pekerjaan yang sangat menyita waktu dan perhatian. Akibatnya, baik waktu maupun kapasitas fisik dan emosi yang tersedia untuk anak menjadi sangat minim. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang seringkali ditempuh oleh orangtua adalah membelikan berbagai hiburan elektronik bagi anaknya, baik berupa televisi, DVD player ataupun berbagai peralatan game elektronik. Berbagai hiburan elektronik tersebut berfungsi sebagai “electronic nanny” bagi anak. Akibatnya, anakpun menghabiskan waktu lebih banyak bersama berbagai hiburan elektronik dibandingkan bersama dengan orang tua. Hal ini sangat menyedihkan, terlebih lagi mengingat banyak sekali konten hiburan elektronik, baik berupa tontonan ataupun permainan, yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani, seperti kekerasan ataupun muatan seksualitas yang tidak pada tempatnya. Paparan yang lama terhadap konten-konten yang demikian akan membuat anak terbawa oleh nilai-nilai yang ditawarkan oleh konten tersebut. Paling tidak selama periode tertentu dalam hidupnya, anak akan meniru sikap dan perilaku tokoh kesukaan mereka tanpa mereka sadari. Hal itu dikarenakan pengaruh konten hiburan elektronik terhadap nilai-nilai hidup seseorang bersifat perlahan namun pasti.
Sejauh ini, satu-satunya cara yang efektif untuk menanggulangi pengaruh buruk hiburan elektronik, adalah dengan membatasi paparan anak terhadapnya. Namun pembatasan tersebut tentunya perlu dibarengi dengan kesediaan orangtua untuk menolong anak mencari alternatif sarana hiburan lainnya yang bersifat konstruktif, namun tetap menarik bagi mereka. Untuk itu, mau tidak mau orangtua perlu menyediakan waktu yang lebih bagi anak. Suka ataupun tidak suka, perlu disadari dan diterima bahwa mendidik anak memerlukan keterlibatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari anak dan komitmen terhadap hal-hal yang mungkin sepele bagi orangtua, namun memiliki nilai serta dampak yang besar bagi anak, seperti menghabiskan waktu bersama, misalnya.
Salah satu kegiatan bersama anak yang dapat menjadi alternatif yang konstruktif dari hiburan elektronik adalah kegiatan yang berhubungan dengan alam. Kegiatan yang berkaitan dengan alam sangat bersifat edukatif karena dapat menolong anak untuk lebih mengenali lingkungan sekitarnya. Banyak hal yang bisa dilakukan terkait itu. Orang tua dapat membawa anak untuk mengunjungi kebun binatang, peternakan sapi, ataupun ke pedesaan. Bila waktu maupun dana terbatas, masih banyak aktivitas terkait alam lain yang dapat dilakukan, seperti berjalan-jalan di taman dekat rumah sambil memperhatikan matahari terbenam, memperhatikan kupu-kupu keluar dari kepompongnya, ataupun mengamati induk burung memberi makan anaknya. Selain memperkaya pengetahuan, hal-hal tersebut akan menolong anak untuk lebih mendalami kasih dan kebesaran Sang Pencipta dan menjadi lebih dekat denganNya. Atau bisa juga orangtua menanam tanaman semusim bersama anak di halaman belakang rumah dan memberi air serta pupuk secara bergantian, dan kemudian melakukan panen bersama anak. Pengalaman tersebut dapat membukakan pintu bagi diskusi tentang berbagai siklus kehidupan, tidak hanya siklus kehidupan tanaman, tetapi juga siklus kehidupan makhluk hidup lainnya. Atau dapat juga orangtua membelikan binatang peliharaan bagi anak, bila anak sudah agak besar. Hal itu akan menolong anak untuk menjadi lebih berbelas kasih serta memberi kesempatan kepada orang tua untuk melatih rasa bertanggung jawab anak, dalam hal ini atas makhluk lain yang bergantung pada dirinya.
Memang, melakukan aktivitas-aktivitas tersebut memerlukan waktu dan perhatian yang lebih dibandingkan dengan sekedar membelikan dan membiarkan anak menyibukkan dirinya sendiri dengan berbagai hiburan elektronik. Namun, tidak dapat disangkali bahwa untuk dapat menjadi orangtua yang baik selain memerlukan banyak doa, juga diperlukan kesabaran serta kerja keras. Dan sesuai hukum alam, tuaian umumnya berimbang dengan apa yang ditaburkan.
Comments