top of page

KOMUNIKASI ORANGTUA - ANAK



Perkembangan kemampuan berbahasa anak sangat tergantung pada konteks sosialnya, terutama pada bentuk komunikasi yang diterimanya dari orangtua. Oleh karena itu, akan baik bila orangtua dapat dengan sadar membentuk komunikasinya dengan anak sedemikian sehingga menstimulasi perkembangan berbahasa anak. Ketika berhadapan dengan anak yang masih bayi, akan baik bila orangtua berusaha untuk memaknai apa yang diucapkan oleh sang bayi dan berusaha untuk membangun percakapan dengan sang bayi. Mengingat kemampuan bayi masih sangat terbatas dalam menangkap komunikasi orang dewasa, saat berbicara kepada bayi, sebaiknya orangtua tidak menggunakan kalimat yang biasa dipakainya. Idealnya, orangtua membatasi panjang kalimatnya, sering mengunakan pengulangan, serta lebih sering menggunakan kalimat tanya ataupun pernyataan pendek, seperti “Itu meja”. Selain itu, untuk mengatasi rentang perhatian bayi yang rendah, dalam berkomunikasi dengan bayi, orangtua perlu banyak menggunakan strategi untuk menarik perhatiannya.


Dengan memposisikan sang bayi sebagai lawan bicara, walaupun kata-kata yang dilontarkannya sulit untuk dimengerti, orangtua sebenarnya sedang membangun perkembangan bahasa dan sosial bayi. Bentuk komunikasi awal tersebut akan menjadi dasar interaksi sang bayi dengan orang lain di kemudian hari, terutama dalam hal ekspektasinya terhadap bentuk interaksi yang akan dialaminya.


Bila anak sudah semakin bertambah usianya, tentu bentuk komunikasi orangtua juga perlu disesuaikan. Untuk itu, akan menguntungkan bila orangtua memahami dasar pengetahuan tentang tahap perkembangan anak. Ketidakmengertian tentang tahap perkembangan anak, dapat membuat orangtua berasumsi bahwa anak mengetahui hal-hal yang sesungguhnya belum ia pahami. Akibatnya, orangtua menggunakan kata-kata atau struktur kalimat yang tidak dipahami anak. Tidak jarang pula, karena awam terhadap pengetahuan tentang tahap perkembangan anak, orangtua berkata-kata secara implisit kepada anak. Padahal, kemampuan anak untuk memahami sesuatu yang bersifat implisit (tersirat) masih belum berkembang penuh, terutama bila anak masih balita.


Agar dapat efektif berkomunikasi dengan anak, orangtua perlu berkomunikasi secara eksplisit. Tentunya orangtua tidak perlu berkomunikasi secara eksplisit tentang semua hal. Norma percakapan, termasuk dengan anak-anak, biasanya hanya memerlukan eksplisitas bila hal tersebut belum diketahui oleh lawan bicara. Untuk dapat memutuskan dengan tepat hal-hal mana yang perlu disampaikan secara eksplisit, kepada anak yang mana (bila anak kita lebih dari satu) dan kapan, tentunya orangtua perlu mengenal sang anak secara pribadi. Hal tersebut dikarenakan, terlepas dari apa yang ingin disampaikan oleh orangtua kepada anak melalui kata-kata yang diucapkannya, anak akan memaknai kata-kata tersebut tidak hanya berdasarkan apa yang diucapkan sebelum dan sesudahnya, melainkan juga berdasarkan pengalaman hidupnnya, cara pandang serta kondisi emosinya.


Hal lain yang perlu diingat oleh orangtua ketika berkomunikasi dengan anak adalah bahwa komunikasi verbal tidak dapat lepas dari komunikasi non-verbal. Contohnya, bila orangtua sedang kesal atau kecewa kepada anak, walalupun mungkin ia tidak mengatakan apa pun, namun anak akan dapat menangkap kekesalan ataupun kekecewaan orangtua melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, helaan napas, serta kualitas suara orangtua (tinggi rendahnya suara serta cepat lambatnya perkataan). Selain itu, pandangan orangtua tentang dirinya dan sang anak serta perilakunya, umumnya juga akan mempengaruhi bentuk komunikasi orangtua kepada anak. Misalnya, bila orangtua berpandangan bahwa ia memiliki otoritas penuh terhadap anak dan anak tidak berhak membantah apa pun perkataan orangtua, hal tersebut akan terkomunikasikan kepada anak melalui bahasa verbal maupun non-verbal.


Oleh karena itu, marilah kita orangtua terus mengasah ketrampilan komunikasi kita dengan anak. Hal tersebut tidaklah sulit untuk dilakukan, hanya perlu diprioritaskan, agar kita dapat terus dengan sadar mengatur kata-kata kita, sehingga mendorong kemampuan berbahasa anak sehingga dapat menjadi manusia yang dapat berkomunikasi dengan baik kepada sesamanya.

2 views
bottom of page