top of page

MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN



Tidak dapat dipungkiri, kekerasan pada anak memiliki dampak yang jauh lebih dalam daripada sekedar akibat yang kasat mata, seperti memar atau luka. Hal tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak sampai bertahun-tahun kemudian, bahkan dalam beberapa kasus, sampai seumur hidup. Anak yang mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik, seksual ataupun emosional, umumnya mengalami kecemasan, perasaan rendah diri dan sulit untuk percaya pada orang lain. Bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kondisi kesehatan mentalnya dapat berkembang menjadi semakin buruk sehingga anak bisa mengalami depresi, sulit membangun / memelihara hubungan, bahkan tidak sedikit yang berusaha bunuh diri. Berbagai hasil studi telah menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan umumnya memiliki tingkat kemungkinan yang 25% lebih tinggi dibanding anak-anak yang tidak mengalami kekerasan seksual, untuk mengalami masalah, seperti bolos sekolah, prestasi akademik yang rendah, penggunaan narkoba, dan lain sebagainya. Ketika dewasa pun, mereka memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan / terlibat dalam tindakan kriminal ataupun menjadi pelaku kekerasan pada orang lain.


Melihat begitu besarnya dampak negatif kekerasan pada anak, sebagai orangtua, tentu kita berharap anak kita dijauhkan dari berbagai pengalaman kekerasan. Namun perlu kita sadari bahwa selama anak masih berada dalam pengasuhan orangtua, maka orangtua merupakan pihak yang paling bertanggung jawab untuk memastikan agar anak tidak mengalami kekerasan dalam bentuk apa pun. Selain itu, orangtua juga mengemban tanggung jawab mengajarkan kepada anak untuk menghargai, memelihara dan melindungi dirinya, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Salah satu hal yang orangtua perlu ajarkan kepada anak adalah bagaimana membedakan sentuhan yang pada tempatnya dan dapat diakomodasi serta yang tidak. Bagi orangtua dengan adat ketimuran yang kental, isu tersebut mungkin bukanlah hal yang nyaman untuk dibicarakan dengan anak. Namun bila tidak dilakukan, tingkat resiko anak untuk mengalami kekerasan menjadi meningkat.


Selain itu, orangtua juga perlu menolong anak untuk memahami perbedaan antara rahasia yang sehat dan yang tidak dalam keluarga. Rahasia yang sehat misalnya, rencana kejutan pesta ulang tahun bagi salah seorang anggota keluarga. Sedangkan segala sesuatu yang menyebabkan anak sedih atau tidak nyaman, bila dirahasiakan dari orangtua, dapat menjadi rahasi yang tidak sehat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan oleh orangtua dalam hal ini adalah menolong anak untuk memahami bahwa ia memiliki hak untuk menolak bila ada seseorang yang memintanya untuk melakukan hal yang membuatnya takut atau menurutnya adalah tindakan dosa.


Untuk dapat membicarakan isu-isu seperti itu dengan efektif, salah satu syarat utamanya adalah orangtua memiliki hubungan yang baik dengan anak. Untuk dapat memiliki hubungan yang baik dengan anak tentu membutuhkan usaha yang tidak sedikit dari pihak orangtua, karena bentuk hubungan tersebut hanya dapat terbangun melalui jumlah interaksi yang banyak dalam rentang waktu yang tidak pendek. Berikut adalah dua hal utama yang dapat dilakukan untuk mempererat hubungan orangtua dengan anak, sekaligus menghindarkan anak dari berbagai bentuk kekerasan.


1. Usahakan untuk menggunakan bentuk disiplin yang tidak melibatkan hukuman fisik. Banyak alternatif bentuk disiplin di luar hukuman fisik, yang dapat dipertimbangkan orangtua berdasarkan usia dan tingkat perkembangan anak misalnya mengalihkan perhatian anak, menawarkan pilihan lain, memberikan anak waktu untuk menenangkan diri, dan sebagainya.

2. Prioritaskan waktu berkomunikasi dengan anak. Bila kedua orangtua bekerja, akan ideal bila ada waktu khusus yang diluangkan dalam seminggu untuk berinteraksi dengan anak. Dengan demikian, orangtua memiliki banyak kesempatan untuk memahami apa yang dialami anak.

1 view
bottom of page