Selama beberapa dekade terakhir, muncul perubahan pandangan terkait cara anak membangun kemampuan literasi (membaca dan menulis). Saat ini para ahli meyakini bahwa kemampuan tersebut dapat mulai dibangun sejak anak lahir. Caranya pun sederhana, misalnya dengan membuat lingkungan fisik sehari-hari kaya tulisan, melakukan aktivitas terkait tulisan, seperti membaca atau mengetik dokumen di sekitar anak agar ia dapat mengobservasi, ataupun dengan memberikan anak kesempatan untuk berinteraksi dengan tulisan lewat flashcard maupun buku yang sesuai usia anak. Saat ini tersedia cukup banyak buku yang dapat dimanfaatkan orangtua untuk menstimulasi perkembangan kemampuan literasi anak usia dini. Misalnya, buku-buku yang dilengkapi dengan gambar yang cukup besar dan menarik dan di bagian bawahnya tertulis nama benda tersebut. Biasanya anak usia dini senang menjawab pertanyaan “Ini apa?” dengan menyebutkan nama benda tersebut.
Selain buku-buku yang demikian, berbagai barang yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti bungkusan makanan yang ada tulisan namanya, juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Tentunya durasi kegiatan tersebut perlu disesuaikan dengan usia dan rentang perhatian anak. Dalam hal ini, lebih baik durasi singkat namun frekuensinya cukup sering. Kegiatan ini menolong membangun kemampuan bahasa anak yang merupakan dasar dari kemampuan literasi. Bila kemampuan bahasa dan perbendaharaan kata anak semakin berkembang, orangtua dapat berpindah pada kegiatan yang melibatkan tulisan yang lebih kompleks, seperti membaca bersama.
Hal-hal tersebut di atas menunjuka bahwa untuk menstimulasi kemampuan literasi anak ternyata memerlukan keterlibatan orangtua yang cukup besar. Hal ini juga terindikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Shirley Brice Heath yang kemudian dipublikasikan dalam buku “Ways with Words”. Dalam buku tersebut ia mempresentasikan secara detail hasil studinya terhadap tiga komunitas yang melakukan pola asuh yang berbeda terhadap anak-anak mereka. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa anak-anak yang paling sukses secara akademis berasal dari komunitas dimana orangtua sering berbicara dan membaca dengan ataupun untuk anak. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Moon dan Wells dalam penelitian mereka yang dipublikasikan dalam Journal of Research in Reading. Dalam penelitian tersebut mereka mengikuti perkembangan dua puluh orang anak selama dua tahun dan menemukan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara perkembangan kemampuan literasi anak dengan minat orangtua terhadap pembelajaran literasi anak. Orangtua yang demikian umumnya senang membaca, memiliki banyak materi bacaan, dan sering membaca dengan anak.
Kesemuanya itu mengindikasikan bahwa orangtua memiliki peran penting dalam mendorong perkembangan kemampuan literasi anak. Bila orangtua dapat mendukung dan berkolaborasi dengan para guru di sekolah, tentu hal tersebut akan lebih ideal lagi bagi proses pembelajaran literasi formal anak. Hal tersebut dapat dilakukan orangtua dengan cara berdialog dengan para guru yang mengajar anaknya agar kedua belah pihak bisa mendapatkan informasi relevan yang diperlukan. Penelitian yang dilakukan oleh Iverson, Brownlee and Walberg yang hasilnya dipublikasikan dalam The Journal Educational Research, menunjukkan manfaat nyata dari kontak orangtua - guru. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara kontak orangtua – guru dengan perkembangan kemampuan literasi anak. Bentuk kontak yang diteliti bervariasi, mulai dari dibacanya newsletter dari sekolah oleh para orangtua, kehadiran orangtua di pertemuan-pertemuan yang diadakan pihak sekolah, tingkat komunikasi personal orangtua – guru, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, marilah kita sebagai orangtua terus berusaha dengan sadar mengatur lingkungan dan kegiatan kita sehari-hari, sehingga menstimulasi kemampuan literasi anak kita. Hal tersebut nyatanya tidaklah sulit untuk dilakukan, hanya perlu diprioritaskan.
Comments