top of page

MENOLONG REMAJA YANG DEPRESI KLINIS



Hampir semua orang pasti pernah mengalami saat-saat dimana perasaan terasa kosong, pikiran dipenuhi oleh hal-hal suram, serta tidak mampu merasa gembira. Pada umumnya, kondisi tersebut terjadi ketika sedang mengalami tekanan yang besar atau saat hubungan dengan orang-orang dekat sedang tidak berjalan mulus, sedang konflik misalnya. Kondisi tersebut secara awam seringkali disebut sebagai kondisi depresi.


Dalam dunia psikologi & konseling, istilah depresi memiliki makna yang agak berbeda, dimana kondi-kondisi di atas terjadi secara lebih intens sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk menjalankan aktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membedakan, kondisi ini sering disebut sebagai depresi klinis. Biasanya, depresi klinis juga disertai oleh berkurangnya nafsu makan, kesulitan untuk tidur, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi, berkurangnya rasa percaya diri, perasaan bersalah yang terus menghantui maupun pandangan yang pesimistik terhadap masa depan.


Masa remaja merupakan masa yang dimana seseorang mengalami tekanan yang relatif besar untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Selain itu, perubahan hormon yang terjadi pada masa remaja umumnya juga meningkatkan sensitivitas sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik antara remaja dengan orangtua ataupun teman. Oleh karenanya, remaja seringkali rentan terhadap depresi klinis. Terlebih bila remaja pernah atau sedang mengalami pengalaman kekerasan fisik atau seksual, kesulitan untuk berteman dengan teman sebaya atau bila dalam pohon keluarganya ada yang memiliki sejarah depresi klinis maka ia umumnya menjadi lebih rentan terhadap depresi klinis.


Akan tetapi, karena remaja cenderung mengalami “mood swing”, tidaklah mudah untuk mengenali gejala depresi klinis pada remaja. Tidak jarang terjadi, satu hari seorang remaja merasa senang serta banyak bicara dan hari berikutnya ia merasa suram serta menarik diri. Namun, sebagai petunjuk umum, bila karakteristik depresi klinis terjadi secara konsisten selamaminimal 2 minggu, maka kemungkinan besar remaja itu mengalami depresi klinis.


Bila remaja menunjukkan indikasi depresi klinis, umumnya orangtualah yang paling mungkin untuk mendeteksinya secara dini dibandingkan guru maupun psikolog atau konselor professional, karena orangtualah yang umumnya paling mengenal anak remajanya. Remaja yang mengalami depresi klinis seringkali tidak menyadarinya. Umumnya mereka hanya terus-menerus mengatakan bahwa mereka merasa ‘lelah’ ataupun ‘bosan’. Remaja yang mengalami depresi klinis dapat mengalami kesulitan untuk menjalani aktivitas akademik yang biasanya ia jalani, sehingga tidak jarang menghindari masuk sekolah. Beberapa bahkan mengalami gejala fisik seperti pusing ataupun sakit perut di pagi hari menjelang sekolah dimulai, yang biasanya menghilang dengan sendirinya dengan berjalannya waktu di hari tersebut. Remaja yang mengalami depresi klinis membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya untuk menyadari kondisi mereka dan mencari pertolongan untuk mereka.


Ketika remaja menunjukkan gejala depresi klinis, idealnya orangtua tidak terpancing secara emosi dan dapat mengevaluasi apa yang kemungkinan sedang dialami remajanya. Dalam kondisi demikian, akan sangat bermanfaat bila sebelumnya orangtua telah menjalin keterhubungan dan komunikasi dengan anak remajanya. Penelitian telah membuktikan bahwa berbicara kepada seseorang terutama orangtua, merupakan salah satu hal yang paling menolong bagi remaja untuk mengatasi depresi klinis.


Bila pada saat itu komunikasi yang baik belum terjalin antara orangtua dengan anak remajanya, belumlah terlambat untuk memulai. Orangtua dapat mengambil inisiatif untuk membicarakan dengan anak remaja tentang topik-topik netral yang diminati oleh sang anak remaja, misalnya acara TV yang ia sukai, olahraga yang ia sukai ataupun trend pakaian yang ia sukai. Usahakan di bagian awal untuk tidak masuk ke pembicaraan yang terlalu dalam ataupun mendiskusikan hal-hal yang berpotensi menimbulkan konflik antara orangtua dengan anak remajanya. Bila hubungan dan komunikasi terjalin baik, umumnya remaja akan lebih bersedia untuk membuka dirinya kepada orangtua.

0 views
bottom of page