Kepergian anggota keluarga yang dikasihi untuk selamanya merupakan suatu peristiwa yang umumya membawa dampak emosional yang intens. Beberapa individu yang mengalami hal tersebut merasakan kesedihan yang mendalam, beberapa lainnya ada yang merasa marah kepada Tuhan karena mengijinkan peristiwa itu terjadi, dan lain sebagainya. Namun, apa pun perasaan yang dialami, umumnya dalam pikiran mereka yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan terkait kematian tersebut. Fenomena itu terjadi pada berbagai golongan usia, termasuk pada anak-anak.
Pertanyaan banyak orangtua dalam kondisi demikian adalah bagaimana cara yang tepat untuk meresponi pertanyaan sang anak tentang individu yang meninggal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan menolong bila orangtua mengetahui pertanyaan apa saja yang biasanya muncul dalam diri anak yang kehilangan salah seorang terkasihnya.
Salah satu pertanyaan yang sangat umum muncul ketika anak kehilangan orang yang dikasihinya adalah keingintahuan tentang apa yang menyebabkan orang tersebut meninggal. Dalam konteks ini, respon yang ideal adalah memberitahukan hal yang sebenarnya karena kebohongan tentang hal itu, walaupun dilakukan dengan niat yang terbaik sekalipun, justru akan berdampak negatif bagi sang anak. Hal tersebut dikarenakan, kebohongan tadi akan menyebabkan anak kehilangan kepercayaan kepada orangtua yang berbohong. Dengan demikian, anak mengalami dua kali kehilangan, pertama kehilangan keberadaan orang yang dikasihinya melalui kematian, dan kedua, kehilangan kepercayaan kepada orangtua yang telah membohonginya. Bahkan dalam beberapa kasus, anak dapat menjadi sangat marah kepada sang orangtua, ketika mengetahui bahwa ia telah dibohongi terkait kematian orang yang dikasihinya. Akibatnya, hubungan anak dan orangtua mengalami kemunduran.
Tentunya, tingkat kedetailan informasi yang disampaikan perlu disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, ketika anak berusia 6 tahun menanyakan penyebab kematian ibunya, seringkali penjelasan bahwa hal tersebut dikarenakan penyakit ibunya semakin parah dan tidak bisa disembuhkan lagi (bila memang faktanya demikian), sudah cukup bagi sang anak.
Pertanyaan lain yang juga cukup umum muncul dalam diri anak yang kehilangan orang yang dikasihinya adalah mengapa Tuhan membiarkan hal tersebut terjadi. Biasanya pertanyaan tersebut dibarengi dengan perasaan marah pada Tuhan ataupun perasaan tidakdipedulikan oleh Tuhan. Dalam konteks ini, orangtua perlu menolong anak untuk memahami bahwa tidak semua pertanyaan ada jawabannya, dan bahwa orangtua sendiri pun kadang memiliki pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siapa pun. Orangtua juga perlu menolong anak untuk memahami bahwa ketika ia kehilangan orang yang dikasihinya, perasaan marah pada Tuhan merupakan perasaan yang cukup umum muncul, dan perasaan tersebut biasanya akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.
Sebagai manusia, tentunya kita tidak akan dapat melindungi anak kita dari hal-hal yang menyedihkan dalam kehidupan. Namun kita dapat menolong mereka melewati proses berdukanya, sehingga ia dapat keluar dari proses tersebut dengan baik. Dengan mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan oleh anak terkait kematian orang yang dikasihinya, orangtua dapat mempersiapkan respon yang relatif tepat ketika hal tersebut ditanyakan. Selain itu, orangtua juga dapat menyampaikan kepada anak bahwa pertanyaan yang ia tanyakan tersebut, umum muncul dalam diri anak yang kehilangan orang yang dikasihinya. Hal itu akan sangat menolong anak untuk memahami bahwa apa yang mereka pikirkan merupakan sesuatu yang umum terjadi, sehingga meminimalkan perasaan khawatir yang tidak perlu dalam diri anak tentang respon mereka terhadap kehilangan tersebut.
Comments