top of page

TIPS MENDISIPLINKAN ANAK



Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik.


Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :


1. Berbicara dengan asertif kepada anak. Yang dimaksud dengan asertif dalam hal ini adalah dengan keseriusan dan kejelasan, namun tetap dengan nada suara tenang, bukan dengan nada tinggi. Hal tersebut dikarenakan, dengan tetap tenang, sesungguhnya orangtua mengkomunikasikan kepada anak bahwa orangtua tidak kehilangan kendali, baik terhadap anak maupun dirinya sendiri. Selain itu, ada baiknya orangtua menatap mata anak ketika berbicara kepadanya, karena tatapan mata juga dapat mengkomunikasikan keseriusan orangtua akan apa yang disampaikannya secara verbal.


2. Ada kalanya, walaupun orangtua sudah berbicara dengan asertif, anak tetap tidak mau melakukan apa yang diminta oleh orangtua. Dalam kasus demikian, orangtua perlu memperkuat apa yang disampaikannya ke anak dengan konsekuensi. Idealnya, konsekuensi tersebut sudah ditentukan dan disepakati bersama anak sebelum peristiwa tersebut terjadi. Dengan demikian, anak tahu bahwa konsekuensi tersebut diberikan bukan karena orangtua marah atau tidak suka kepada anak, melainkan karena hal tersebut sudah disepakati sebelumnya. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua dalam menentukan konsekuensi adalah bahwa konsekuensi tersebut haruslah merupakan suatu tindakan atau kondisi yang tidak disukai anak, namun tidak menyakiti anak baik secara fisik maupun emosional. Bentuk konsekuensi yang umumnya efektif diterapkan pada anak, antara lain :


· Pemisahan, yaitu anak diposisikan untuk berada dalam suatu situasi yang membosankan dan terpisah dari orang lain. Termasuk di dalamnya, berdiri di pojok ruangan atau masuk ke ruangan tertentu (kamar tidurnya, teras belakang, dan lain sebagainya) seorang diri selama beberapa waktu. Namun sebelumnya, orangtua perlu memastikan bahwa kondisi itu tidak disukai anak. Bila di ruangan tersebut anak masih bisa menonton TV, mengobrol dengan temannya lewat telpon, ataupun memainkan mainan favoritnya, maka konsekuensi tersebut tidak akan efektif.

· Meniadakan ataupun mengurangi akses anak ke hal-hal tertentu, seperti menonton TV, bermain dengan teman, keluar rumah, memakai telpon, dan lain sebagainya.


3. Suami istri perlu saling mendukung dalam mendisiplinkan anak. Hal tersebut penting, karena bila anak menangkap bahwa hanya salah satu dari orangtuanya yang menginginkan ia melakukan suatu hal tertentu, sedangkan orangtuanya yang satu lagi tidak terlalu peduli apakah ia melakukan hal tersebut atau tidak, maka kemungkinan besar ia akan mencoba untuk tidak melakukannya.


Ketiga tips di atas, walaupun tidak akan menyelesaikan semua permasalahan perilaku anak, namun bila dipraktekkan, akan sangat menolong orangtua untuk dapat meningkatan keefektivitasannya dalam mendisiplinkan anak. Namun di sisi lain, orangtua juga perlu terus menyadari bahwa seberapa besar pun usaha orangtua untuk menjadi orangtua yang baik, sebagai manusia, pasti tetap akan ada kekurangan.

1 view
bottom of page